DOLANAN CORAT-CORET

DOLANAN SAKTI SING ISO NYORAT-NYORET

MOTOR PERTAMAX PLUS DAN PIDATO HEMAT ENERGI


 

Setelah pulang dari kosan Mira, saya meminjam sepeda motor Alfin untuk pergi ke Pindad esok paginya. Pinjam-meminjam sepeda motor itu ada etika tak tertulis, salah satunya mengganti bensin klo dipakai jarak jauh. Ini tidak sulit, sudah sering saya lakukan. Tapi ada yang tidak biasa dari sepeda motornya, yaitu harus diisi pertamax plus!

Alfin ini termasuk mahasiswa idealis. Dengan kondisi pas-pasan seperti saya, dia keukeuh tidak mau menggunakan subsidi BBM di sepeda motornya. Saya ikuti kemauannya, dengan sebuah kesepakatan pengisian 10ribu rupiah. Klo diisi pakai premium, uang itu bisa dipakai untuk mengisi 2,2222…. liter. Klo diisi pertamax biasa mungkin 1 liter. Klo pertamax plus? kita lihat nanti.hehe

Saat sampai di SPBU Dipati Ukur, petugas terlihat kaget ketika ada mahasiswa pas-pasan sok tajir meminta pertamax plus di motornya. Seperti biasa, dimulai dengan kalimat “dimulai dari nol yah”, kemudian 6 detik setelah pengisian, penunjuk rupiah sudah menunjukkan 10ribu. Dan penunjuk liter tidak mencapai angka 1 liter!

Jadi mahasiswa idealis memang berat. Sama seperti saya sok idealis mendapatkan SIM C tanpa calo, harus mengulang tes praktek 10 kali, dimana Gresik dan Sidoarjo terkenal kedahsyatan sulitnya ujian praktek SIM C. Begitu juga pertamax plus, harus merogoh uang saku kuliah lebih dari 2 kalinya.

Ada beberapa teman saya di mesin yang juga idealis. Salah satunya Wafi, juga selalu pakai pertamax setiap pengisiannya. Bahkan dia pakai dari kampus sampai ke “gunung” tempatnya tinggal.

Ada juga kawan yang idealis secara intelektual, memikirkan cara bikin mesin kendaraan hemat energi seperti tim SEMnya Nova, Peter, dan Wafi. Ada juga tim mobil SAE nya Agna, mungkin tidak fokus pada hemat energi, tapi perfomance. Untuk menghasilkan perfomance yang brilian tentu diperlukan sistem gerak seefisien dan seefektif mungkin. Jadi sebenarnya sama seperti bikin mobil hemat energi, hanya cara drivingnya yang berbeda.

Sebenernya banyak sekali alternatif untuk hemat energi fosil, mulai dari eco driving, tune up mesin, memilih biosolar hingga pakai angkutan umum saat berpergian. Bahkan ini termasuk satu tali dengan hemat listrik, yang sama-sama menggunakan energi fosil untuk pembangkitannya.

Dua hari yang lalu, Presiden SBY berpidato di depan publik. Beliau meminta rakyat Indonesia hemat energi. Secara garis besar ada 5 permintaan. Yaitu,

1. Pengendalian sistem distribusi di SPBU.

2. Pelarangan subsidi BBM untuk kendaraan pemerintah.

3. Pelarangan subsidi BBM untuk kendaraan perkebunan dan pertambangan.

4. Program konversi BBM ke BBG.

5. Penghematan penggunaan listrik dan air di instansi pemerintah.

Penghematan energi ini ternyata sudah menjadi perhatian utama negara. Jarang sekali presiden kita berpidato khusus konsern tentang hemat energi. Ini efek dari gagalnya menaikkan harga premium, yang berimbas pada tersedotnya anggaran hingga SEPERLIMA APBN khusus untuk BBM.

Dari kelima poin diatas tidak ada yang salah. Semuanya baik. Tapi tetap saja kritikus-kritikus bermunculan dengan nada sinis kepada pidato tersebut. Mungkin mereka ingin populer mendadak lewat media massa. Untuk seorang pemimpin, hal seperti itu sudah biasa. Satu-satunya cara untuk membungkam kritikus itu hanya aksi konkrit.

Mobil hemat energi, Putra Petir yang digadang-gadang oleh Menteri BUMN Dahlan Iskan sudah hamil tua. Saya membaca spesifikasi kasar produk putra petir itu cukup realistis diimplementasikan, meskipun masih kalah “asyik” dibandingkan mobil konvensional.

Dukungan keilmuan juga sudah dikerjakan oleh empat PTN besar, ITB-UI-UGM-ITS. Mobil nasional memang harus ditopang teknologi asli milik negeri, seperti PT Digantara Indonesia yang mempunyai banyak anak perusaan dan mitra penelitian seperti ITB. Rektor 4 PTN tersebut juga sudah mendukung dengan konkrit.

Almarhum Wakil Menteri ESDM pak Widjajono juga sudah merombak-rombak regulasi energi negara. Mulai negosiasi ulang eksploitasi perusahaan asing di bagian mineral, gas, dan perminyakan, hingga membuat konsep “GBHN” di bidang energi yang telah dirumuskan bersama Dewan Energi Nasional.

Konversi BBM ke BBG juga sudah terlihat, pembangunan pipa gas sudah mulai menjalar ke kota-kota besar. Di Jakarta, angkutan Bajaj menggunakan Gas juga mulai merajalela. Busway jakarta pun juga sudah murni menggunakan gas. Pembangunan pipa dibawa rel kereta api juga sudah hampir matang kajiannya.

PLN sudah mulai patuh dengan instruksi Kementrian ESDM, menghentikan pembangkit yang beroperasi menggunakan BBM. Saat saya Kerja Praktek di PT PJB Gresik, sedang ada gasifikasi 2 pembangkit yang selama ini memakai BBM. Pertanda pembangkit yang menghasilkan 2,3 GigaWatt itu sudah tidak memakai BBM lagi di tiap unitnya.

Dan masih banyak lagi aksi konkrit konversi energi yang telah dilakukan negara ini. Teknologi kereta api, loading barang perkapalan, pambangunan kilang minyak langsung, hingga penambahan angkutan umum di daerah-daerah juga ada. Yang  klo diceritakan satu persatu akan sangat panjang. Ini pertanda ekonomi negara berkembang pesat, sekaligus ke arah yang benar.

Saya, sebagai rakyat Indonesia, bahkan masih berstatus mahasiswa, harus mendukung gerakan ini. Klo pemerintah melakukan gerakan yang baik, harus dibantu! Klo salah harus dikritisi! Bukan seperti kebanyakan aktivis kampus yang banci, mengkritisi semua kebijakan pemerintah.

Mungkin saya memulai bertahap dan yang paling sederhana, eco-driving. Menggunakan sepeda motor hanya untuk jarak yang cukup jauh. Klo jarak dekat pakai harus pakai sepeda, meskipun capek, tapi bikin saya sehat. Kemudian juga menyetel sepeda motor seafdol mungkin agar tidak boros. Dan juga memakai angkot untuk perjalanan jauh yang mudah.

Setelah itu lanjut ke step berikutnya, seperti kawan saya yang idealis, beralih ke BBM non-subsidi. Mungkin saya tidak akan seradikal Alfin yang menggunakan pertamax plus, saya cukup menggunakan pertamax biasa, itu juga tidak disubsidi oleh rakyat. Saya sendiri sudah mengkaji peralihan sepeda motor Supra X 100cc dari premium ke pertamax dan pertamax plus baik dari efek ketukan mesin, perfomance, ekonomis, nilai oktan, emisi, dan “blackbox”. Akhirnya pilihan jatuh ke pertamax biasa. Meskipun secara rekomendasi pabrikan tidak disarankan, mungkin ini patut dicoba.

Mungkin jika Tuhan memberi kesempatan, saya bisa masuk ke step berikutnya, yaitu penelitian. TA saya memang terkait dengan diesel, yang juga sedang meneliti alternatif engine diesel rpm rendah untuk bahan bakar nabati. Mungkin klo sukses dan layak dikomersilkan, ini akan menjadi kepuasan tersendiri.

Gerakan hemat energi ini harus didukung. Semua elemen harus terlibat. Jangan sampai seperlima APBN kita terkuras untuk mensubsidi BBM. Seperlima subsidi BBM itu sama seperti anggaran minimum pendidikan, yaitu 20 persen. Itu bisa menghambat pembangunan infrastruktur dan pergerakan ekonomi yang sekarang lagi giat-giatnya. Subsidi BBM sangat mengerikan!

 

Bismillahirohmanirrohim.

Kita dukung gerakan ini. Mulai hal yang kecil, dari kita sendiri, dan sekarang juga!

 

 

SUSELO SULUHITO

Graduation Hope!(5)

Leave a comment »