DOLANAN CORAT-CORET

DOLANAN SAKTI SING ISO NYORAT-NYORET

PEMBUNUH MOBIL LISTRIK AMERIKA


Picture Taken From “http://upload.wikimedia.org/wikipedia/en/a/a2/Who_Killed_The_Electric_Car_cover.jpg”

Sebuah film dokumenter tahun 2006 berjudul Who Killed The Electric Car? yang mengupas “pembunuhan berencana” kehadiran mobil listrik. Di Amerika, mobil listrik sudah hadir dalam bentuk prototipe di tahun 1990. Kemudian meluncur dalam bentuk mobil komersial pada tahun 1996. Ide mobil ini tercetus karena mahalnya harga minyak dunia di era 1990an dan isu pencemaran lingkungan di California. Mobil listrik ini diproduksi oleh General Motor(GM) dengan nama Electric Vehicle 1 (EV1).

 

Selang berjalan beberapa tahun, secara mengejutkan GM malah menarik mobil listriknya sendiri dari peredaran. Agak berbeda dengan di Indonesia, di Amerika mayoritas warganya memakai mobil dengan sistem sewa tahunan. Dimana tiap konsumen menyewa mobil tersebut tiap tahun, dan harus memperpanjangnya di akhir tahun kontrak. GM menghentikan perpanjangan kontrak semua mobil listrik di tahun 2002. Semua konsumen “dipaksa” menyerahkan kembali mobilnya. Yang mengejutkan, mobil listrik ini tiba-tiba dimusnahkan dan tidak diproduksi lagi. Tahun 2005 menjadi tahun terakhir EV1 turun di jalan raya.

 

Inilah yang membuat Chris Paine, direktur filmnya, membuat film ini untuk menulusuri misteri ini.

 

Film ini menelusuri penyebab penarikan mobil EV1 dengan sistem tersangka. Menurut Chriss, ada 7 tersangka yang patut ditenggarai sebagai penyebab matinya EV1. Mereka adalah konsumen, teknologi baterai, perusahaan minyak, perusahaan mobil, pemerintah amerika, Badan Regulator Udara California(CARB), dan bahan bakar hidrogen.

 

Tersangka 1 : Konsumen.

Humas GM menyalahkan konsumen karena dalam pemilihan mobil, konsumen hanya mementingkan daya dan jarak tempuh mobil, tidak memperhatikan segi keekonomisan bahan bakar maupun emisinya. Selain itu, biaya marketing sudah dikeluarkan besar-besaran dan penjualan EV1 tidak sesuai ekspetasi. Pernyataan GM tersebut memang ada benarnya. Dibandingkan mobil ramah lingkungan, pride memiliki kendaraan bertenaga masih menjadi mindset utama warga Amerika kala itu.

 

Di sisi lain warga California juga membantah adanya publikasi besar-besaran(sepertinya yang dikatakan GM). Banyak sekali warga yang tidak mengenal kehadiran EV1. Karena tidak mengetahui apa itu EV1, warga tidak memiliki minat untuk membelinya. Alhasil, hanya sebagian kecil orang yang memakai EV1 sebagai kendaraan pribadinya.

 

Tersangka 2 : Teknologi Baterai

Humas GM juga menyalahkan belum adanya teknologi baterai yang mumpuni untuk Design Requirement and Objective (DRO) sebuah mobil komersial. Dia menyatakan bahwa teknologi baterai yang dipakai EV1 hanya mampu mengantarkan penumpang sejauh 60 miles(96 km) dan mengeluarkan daya maksimum 16,5 kWh. Sedangkan konsumen menginginakn mobil dengan jarak tempuh minimal 100 miles. Selain itu, isi ulang baterai hingga penuh dibutuhkan waktu hingga 4 -5 jam, sangat kontras dengan pengisian tangki bensin yang hanya butuh waktu 5 menit.

 

Hal ini dibantah oleh Alan Cocconi, insinyur yang terkenal di Amerika. Alan mengatakan bahwa dengan menggunakan bateria laptop, EV1 bisa menempuh sejauh 300 miles dan daya hingga 26,4 kWh.

 

Tersangka 3 : Perusahaan Minyak

Perusahaan minyak dianggap sebagai biang utama kehancuran mobil listrik ini. Di Amerika, pemakai utama BBM adalah sektor transportasi. Hadirnya EV1 membuat takut pengusaha minyak kehilangan konsumen utamanya. Karena dianggap mengancam pasar BBM, perusahaan minyak melakukan berbagai upaya untuk mengehentikannya. Upaya tersebut melalui konspirasi dengan perusahaan mobil dan melalui legislatif untuk mengeluarkan regulasi yang menghentikan mobil listrik. Saat itu isu teroris menjadi topik terhangat media massa, sehingga sedikit yang menyoroti kelicikan perusahaan minyak menjegal mobil listrik di legislatif.

 

Tersangka 4 : Perusahaan Mobil

GM menarik EV1 karena melihat tidak ada tanda-tanda “ladang uang” pada mobil ini. Mekanisme mobil listrik memang lebih sederhana dibandingkan mobil yang menggunakan engine. Dari sisi perawatan, mobil listrik juga sangat mudah. Tidak perlu penggatian oli, tidak ada tune up berat, umur baterai lebih lama dari engine, dan penggatian rem juga hampir tidak ada karena memiliki sitem regeneratif. Minimnya perawatan pada EV1 berpotensi mematikan bisnis suku cadang kendaraan, yang mempunyai arti pendapatan perusahaan mobil bisa turun drastis.

 

Tersangka 5 : Pemerintah Amerika

Pemerintah Amerika juga patut dipersalahakan karena meloloskan regulasi pelarangan mobil listrik. Andrew Card, ketua asosiasi pabrik mobil Amerika berhasil mendesak pemerintah yang dipimpin oleh George W. Bush mengeluarkan regulasi ini. Di pihak asosiasi pabrik mobil, beralasan telah melakukan penelitian dan marketing EV1 besar-besaran tapi minim peminat. Jika diteruskan akan merugikan perusahaan dan mengancam lebih dari 200.000 karyawan GM dan ratusan ribu karyawan pabrik mobil lainnya.

 

Tersangka 6 : Badan Regulator Udara California(CARB)

Di California, isu udara bersih sangat sensitif sejak kasus awan hitam diatas langit California. CARB bertugas untuk mengawasi aplikasi regulasi emisi asap dan menekan industri yang menghasilkan emisi berbahaya di udara. CARB telah diperjuangkan selama lebih dari 12 tahun. Tapi tiba-tiba melunak setelah dipimpin oleh Alan Lloyd dari Partai Demokrat. Melunaknya sikap CARB ini memuluskan usaha penarikan EV1 di California.

 

Tersangka 7 : Bahan Bakar Hidrogen

Hadirnya bahan bakar selain minyak, yaitu hidrogen, menjadi pesaing utama mobil listrik. Penemu hidrogen mengklaim bahwa bahan bakar ini mempunyai energi 4 kali lebih besar dari baterai dan memiliki emisi yang lebih ramah lingkungan dibandingkan mobil listrik. Klaim tersebut mematikan harapan masyarakat terhadap mobil listrik. Kenyataannya, mobil bahan bakar hidrogen sampai saat ini masih dalam bentuk prototipe, belum berhasil dikomersialkan. Bahkan, mobil hidrogen ini lebih berbahaya(resiko tinggi) terhadap penumpangnya dan  harga hidrogen sangat mahal, 60.000 rupiah per kilogramnya.

 

 

——————————————————————————————————-

 

Film dokumenter ini berhasil menggugah rakyat Amerika untuk menghidupkan kembali mobil listrik. Tahun 2011, dengan mengusung tema Revenge of The Electric Car, Amerika melirik kembali pengembangan mobil listrik. Hal ini didesak karena tingginya harga minyak dunia yang membuat warga Amerika sendiri kesulitan memperoleh BBM, diikuti oleh rendahnya pendapatan warga karena krisis ekonomi sedang melanda negara tersebut.

 

Di Indonesia, mobil listrik digagas pada tahun 2012, terlambat 1 tahun dibandingkan Amerika. Tapi termasuk lebih baik dibandingkan negara-negara lain. Negara yang sedang gencar mengembangkan mobil listrik adalah Amerika, China, Jepang, dan Indonesia. Kita patut berbangga karena start racemobil listrik kita sejajar dengan negara-negara penguasa teknologi.

 

Tapi kita harus belajar dari sejarah mobil listrik di Amerika. “Pembunuhan berencana” sudah nyata gelagatnya di negara ini. Kita ingat kembali rencana peluncuran mobil murah yang digagas Toyota dan Daihatsu bersama Menteri Perindustrian pada saat euforia mobil Esemka. Mungkin itu salah satu senjatanya. Bisa jadi seni membunuh mobil listrik di Indonesia lebih elegan. Hadirnya mobil listrik nasional jelas bisa membuat perusahaan mobil, perusahaan minyak, perusahaan suplai komponenengine, perusahaan SPBU, importir, perusahaan suku cadang, perusahaan oli, dan perusahaan distributor mobil merasa resah karena bisnisnya terancam.

 

Disisi lain kita agak beruntung, pemerintah mendukung konkrit hadirnya mobil listrik nasional ini. Presiden SBY ikut memimpin langsung proyeknya. Menteri BUMN menyiapkan perusahaan mobil listriknya. Menteri ESDM mendukung regulasinya. Menteri Perindustrian dan Perdagangan menyiapkan kebijakan bebas bea cukai impor baterai lithium. Menteri Lingkungan Hidup membantu mengkampanyekan mobil ini. PLN menyiapkan perangkat teknisnya. ITB, UGM, ITS, dan UI membantu penelitianya. Dan yang paling penting dari yang terpenting, rakyat Indonesia menyambutnya!

 

Pertarungan mobil listrik pasti akan menarik dan seru baik di China, Jepang, Amerika, maupun Indonesia. Negara mana yang lebih dahulu sukses menghadirkan mobil listrik secara komersial? Mungkin, sekarang sudah saatnya Indonesia bangkit di industri mobil, waktunya kita menyalip mereka di tikungan!

Leave a comment »